• White Clouds Bukan Langit Putih

    Karena sudah usang dan lama tak terjamah, dalam rangka mengobrak-ngabrik draft yang udah menumpuk kek perasaan.

    Sejak kecil sampe sekarang mungkin konstruksi akan gambaran keindahan langit adalah Jingga dan Biru. Warna-warna lain juga indah kok asal bukan warna lgbt aja. Langit memang indah, tapi kita jarang menatap langit secara langsung. Mengabaikan keindahan demi layar handphone yang tak hentinya berkedip. Entah karena pendar cahaya matahari yang terlalu terang atau mata yang lagi abai dengan keindahan yang sebenarnya.

    Keindahan bukan cuma kamu, alam dan penciptaan. Berfikir layaknya seniman-seniman yang bisa mengkonstruksikan keindahan menurut mereka sendiri. gw bukan lagi berpuisi, atau menulis sajak-sajak tentang keindahan. Ini adalah sebuah imajinasi tentang  sialnya adalah relasi. Relasi tentang wacana-wacana kebahagian yang kadang hanya sebagai penambal rasa penasaran yang tak terelakkan.

    Dulu gw punya pertanyaan besar, apa bedanya penasaran sama sayang?. Dan rasanya kek mancari sebab akibat kenapa kita makan terus di keluarin lagi. Tapi itu udah terjawab gara-gara sering ketemu sama kamu.

    Berpindah ke hamparan luas yang tidak ada bercak noda pun tertinggal disana. Gw pernah baca di salah satu buku yang bersampul tidak rapi menandakan buku yang tak pernah terawat atau di makan usia, sampul boleh berantakan dan tak berbentuk, but dont judge a book by its cover. Selain laut yang penuh misteri dan tak pernah bisa di prediksi, langit juga sejalan demikian lebih luas dan jauh lebih menyeramkan. Kita mungkin akan terhuyun-huyun ketika gumpalan awan membentuk formasi kerucut yang memberi sinyal akan ada sesuatu yang mengerikan.

    Membahas sesuatu yang mengerikan, ada wacana besar mengenai akhir zaman yang dibalut dengan embel-embel iman. gw percaya dunia akan berakhir karena memang semua penciptaan ada umurnya. Tapi tidak sepaham ketika pria bersorban berkoar menjual surga ada ditangan dan petuah mereka.

    Putih identik dengan kesucian tanpa bekas, warna dasar semua warna adalah putih. putih bisa dikatakan seperti sebuah penciptaan awal dimana semua dibuat sama dan kemudian akan berkembang warna-warni. Bukan salah putih ketika banyak noda-noda dari warna yang mengotori semesta. semesta tak pernah berteorema, sama seperti kalian lagi jatuh cinta.

    Awan putih bukan langit yang sedang putih. Jauh memandang diatas sana warna langit atau angkasa luar sejatinya tidak pernah berwarna. Cahaya dari matahari yang kemudian di pantulkan oleh atmosfer bumi dan warna yang tertangkap sesuai panjang gelombang adalah warna Jingga dan biru, karena mata lagi-lagi terbiasa oleh warna biru so yang kelihatan dominan adalah warna biru. Sesuatu yang tidak berwarna akan menjadi punya arti tersendiri ketika ada perspektif lain yang melihatnya. seperti negasi antara logika dan intuisi yang berpantat-pantat-an. Lgbt juga demikian gw rasa mereka dulu putih, sampai panjang gelombang mereka(pikiran) terus menjauhi warna asli, sampai pada level mereka kemudian memilih untuk menjadi warna mereka sendiri.

    Pertemanan juga demikian. Karena gw rasa ngomong sahabat sangat begitu menggelikan. Ini di pengaruhi oleh Granovetter tentang the strenght of weak ties. Kekuatan ikatan yang lemah. Perasaan sungkan adalah hal yang kuat. Yang kadang di manfaatkan oleh koorporat untuk memperkaya diri. Dipermukaan terlihat berapi-api untuk menyelamatkan kesejahteraan tanpa sadar itu tipuan.

    Gw banyak belajar di kesempatan KKN kemarin, Bukan soal kekompokan yang mainstream atau hal-hal yang normal pada umumnya. Menjadi berbeda dan tetap jadi satu warna adalah kuncinya. mungkin kita boleh melenceng dari warna(tujuan) tetapi kembai kepada inangnya kenapa kita disini.


    White clouds. 

    We’re falling down but never hit the ground
    We land on these white clouds
    We fall in love but never safe and sound
    Our hearts like to roam around-DVBBS


  • You might also like

    No comments:

    Post a Comment