• Yang abnormal Tumbuh, Yang normal Berganti




    Menunda menulis hanya akan menghilangkan nuansa tulisan itu sendiri
    - Alfian 21y.o

    normal sehat


    Judul tulisan gw sebenarnya adalah plesetan dari lagu di album terbaru banda neira dengan judul asli, Yang patah tumbuh yang hilang berganti. Karena nga mau dituduh pure 100% plagiat jadi gw tulis disini. Banda neira adalah band yang akhir-akhir sering gw denger lagu-lagunya. Lumayan memacu memori, memori hape maksudnya. Mau ngomongin soal budaya mainstream yang kata petinggi gafatar orang-orang Indonesia itu adalah penganut budaya mainstream (Note:gw bukan gafatar). Budaya mainstream adalah budaya yang dianut oleh masyakat dengan label "normal" pada umumnya. Mungkin mereka sudah bosan melihat tingkat "normal". 

    Dari manusia lahir aspek-aspek kebudayaan masyarakat itu sudah dilekatkan kepada manusia, menjalani kehidupan seterusnya dengan kebudayaan yang dianutnya, sampai mati pun manusia masih dilekatkan dengan upacara pemakaman kebudayaannya. Itulah secuil kebudayaan, karena banyak bahasan yang akan lebih bisa mendalami bagaimana budaya-budaya itu di produksi dan di praktikan oleh masyarakat melalui pemahaman-pemahaman mereka. Secara lebih eksplisit budaya adalah sebuah garis takdir yang menurut pendekatan teologis itu adalah garis yang di telah ditetapkan oleh sang pencipta. Penjelasan yang menutup sebelah mata kalo menurut gw. Harus di cap sebagai agnostik adalah hal yang lumrah ketika kita kemudian mempertanyakan kembali kalam-kalam kudus kajian teologis, Bahkan bisa jadi malah di cap sebagai atheis. Atheis maupun Theis adalah dua budaya yang sedang mengalami pertarungan, meski pertarungan ini sudah usang dan sudah terjadi berabad-abad lalu. Masih saja sampai saat ini menjadi isu yang sensitif karena menyangkut masalah kognitif seseorang.

    Mengesampingkan mengenai agama, karena kedua belah pihak yang berseteru dalam tanda kutip sudah bisa berdamai tanpa mengurangi idealismenya masing-masing. Kembali ke topik bahasan mengenai budaya, jiwa-jiwa rebellion pada setiap individu agaknya memiliki kadar yang berbeda-beda. Gw analogiin budaya itu seperti sekolah. Tentunya semua orang diera milenia hampir semuanya bersekolah. Disekolah entah itu SD,SMP,SMA,SMK,STM dll. selama itu merupakan sebuah struktur yang berlabelkan formal maupun non formal adalah sama. Kita masuk sekolah dengan cara yang hampir sama melalui rangkain syarat-syarat khas birokrasi, ber akta, ber raport sekolah sebelumnya dan punya keluarga. Kesampingkan hal-hal luar biasa diluar analagi ini. Hampir seragam dengan pendaftar sekolah pada umumnya. Serangkaian peraturan dibuat untuk mengotrol siswa-siswi di dalam sekolah, mulai pakai seragam, rambut rapi, sepatu hitam, tas hitam dan harus berdasi dan bertopi saat upacara pada hari senin. 

    Sekolah menjadi layaknya penjara yang menyeragamkan berbagai macam tipikal anak muda yang baru gede yang butuh sesuatu yang memacu adrenalin mereka. Bukan malah membuat sebuah kultur yang menjemukan. Sekolah menjadi semacam upaya indoktrinasi agar budaya-budaya normal tetap terpelihara. Melalui ijazah yang di keluarkan sekolah menambah dan semakin mempekuat kukuhnya budaya normal. Analogi yg perlu gw perbaiki sepertinya karena secra eksplisit gw belum bisa mengejawantahkan ini semua.

    Menjadi orang normal adalah sesuatu yang menjemukan, di seragamkan, harus taat aturan, tidak punya pilihan banyak dan kurang bisa menikmati hidup, Kalo kata Nietzsche kalo mau menikmati hidup harus dekat dengan bahaya. Hidup orang lain bukan menjadi urusan buat orang lain termasuk gw. Manusia memang katanya merdeka, bebas menentukan pilihan. Tapi benarkah demikian?? kalau saja ada pilihan buat bener-bener merdeka gw pengen deh nga make duit buat bertahan hidup di bumi yang gratis ini. Budaya sepertinya enggan melepaskan cengkramannya, secara hermeunitik ada makna-makna yang tersirat sebenernya yang ditutup-tutupi oleh kebudayaan itu sendiri, semakin manusia menjadi semakin normal tanpa menunjukan gejolaknya melawan keteraturan semakin tebal pula sekat penutup kebenaran yang sebenernya. Nazi misalnya, atau kaum sicarri zealots (kaum fanatik berbelati) yang sama-sama membenci orang yahudi, menentang gaya hidup orang-orang Roma yang kala itu banyak di sponsori oleh orang-orang judist. Mereka-mereka ini sebenernya bukan pelaku kejahatan genosida yang gw rasa juga nga bisa di benarkan dan disalahkan. Dalam sebuah film berjudul Conspiracy dimana para petinggi Nazi waktu itu, melakukan pertemuan rahasia yang sampai sekarang hanya sedikit sekali bukti-bukti yang bisa ditemukan mengenai pertemuan itu. Mereka berdebat serius perihal kemanusiaan dan hukum yang dijunjung tinggi bangsa aria, tapi kekuataan militer yang akhirnya menjadi supremasi tertinggi bukan omong kosong hukum,ham dan lain-lain. Senjata memang tidak pernah basa-basi.Dan terciptalah kamp-kamp konsentrasi dengan gas karbon monoksida sebagai solusi untuk mengontrol populasi orang yahudi.

    Framing opini masyarakat juga berasal dari bukan murni persepktif mereka sendiri, setelah gw percaya kalau ilmu pengetatahuan dan media massa ternyata tidak benar-benar bebas nilai dan obejktif. gw jadi tau sedikit kemana arah pemikiran khalayak digiring menuju kenormalan yang wajib di afirmasi. Semakin banyak yang menganggap sebuah kenormalan adalah kualitas kehidupan lebih baik dari segala mode kehidupan yang lain, selama itu juga perspektif masyarakat akan terbelenggu dalam sangkar seperti video klip elastic heart. Nga pnting emang kalo kemudian hanya omong kosong yang disajikan, apalah kata-kata tidak akan pernah bisa mengalahkan kekuatan bank-bank, kalau bukan senjata yang tanpa basa-basi bisa menanggani.

    Dari buku the world is flat Friedman, revolusi baru peradaban homogen manusia, mengenai globalisasi. gw masih gedek dengan pemahaman mengenai globalisasi yang mebawa dampak teknologi, hidup semakin mudah, bisa makan kfc, bisa makan pizza. Hai...selera yang terbawa oleh wujud globalisasi, kalian sudah masuk ke perut orang-orang yang sebelumnya doyan makan petai dan jengkol menjadi seruntulan ikut-ikutan makan-makanan plastik yang kalian bawa dari globalisasi. Taraf hidup atau standar hidup yang dibawa dengan globalisasi adalah perwujudan dari bentuk kenormalan baru yang ditawarkan. Dibingkai dengan label leisure class dan eksklusif. Membawa standar bahasa inggris sebagai acuan, terlepas dari Inggris yang pernah menjajah hampir 90% wilayah di dunia, bahasa ini sepertinya sudah go internasional sebelum agnes monika.


    Kini ada isu santer yang kemudian dibawa oleh globalisasi, LGBT. Pelangi warna-warni gundulmu. Entah itu kelainan psikis atau engga, itu urusan mereka. spirit yang di angkat adalah freedom for sex. Karena bahasan sex didalam budaya normal dianggap sesuatu yang tabu, padahal sex adalah sesuatu yang hampir pasti dilakukan oleh semua orang, hayo ngaku. Kenapa dianggap tabu, jadi selama ini cuma khilaf aja ngelakuin hal yang tabu?? dasar, sok-sok malu-malu. Tapi gw kontr sebenernya sama lgbt, suka nga jelas soalnya. nanti lo pengen punya anak apa nga sebenrnya, kalo mau kampanye soal menekan baby boom atau sejenisnya dalam mengurangi populasi kolega di bumi ya nga gini-gini amat. Masih bisa dengan meracun makanan plastik kan leh uga. Lebih elegan dan nga terlalu beringas membabi buta kek kuda habis di suntik Kb.
  • You might also like

    5 comments:

    1. Anjir bahasamu ga santai banget asli. terlalu tinggi. Aku ga paham yan :(

      ReplyDelete
    2. Pembahasannya ringan sebenernya, cm pembawaannya terlalu serius, banyak typo. Gue ngebayangin tulisan ini diolah pake kalimat-kalimat humor. Lebih enak pasti. Tapi terserah penulis sih. Cuma gimana ya? Agak kurang nyaman gt kurang nikmatin

      ReplyDelete
      Replies
      1. Oke di copy sarannya neng tukang jual sianida :v

        Delete
    3. setuju sama quotesnya alfian 21 yo
      harus mulai semangat nulis lagi nih, wkwk

      iya nih kayanya alfian kalau nulis bisa deh ya jangan serius serius jadi pembacanya juga bisa lebih santai.
      mungkin d beberapa tulisan yg memang wajib serius baru tuh kaliamat tingginya bisa dikeluarkan.
      semangaaat

      ReplyDelete
    4. Pembahasan yg bagus, keren, dan... mantap.
      Mulai dari sekolah yg menyeragamkan murid2nya, sampe kasus yg sedang hangat2 tai ayam seerti LGBT.

      ReplyDelete