• melati bulan bintang


    Melati Bulan Bintang

    Merapikan kenangan terdengar menye dan lemah sekali di mata lelaki patriaki. Konotasi yang terdengar mengabaikan kekuatan fisik lelaki itu sendiri. Tapi sudahlah di cap sebagai “banci”, “anak mami” dan kata-kata lain yang berusaha menyindir,mengolok dan secara tersirat berhasil membatasi pemikiran-pemikiran para kaum lelaki untuk keluar dari zona patriaki. Gw coba acuh dengan itu semua toh sampai kapan budaya lebam dengan penindasan kaum lemah lain ini akan bertahan. Di daerah empunya budaya ini juga sudah memperlihatkan kewalahannya menghadapi dinamika budaya yang sudah tidak bisa di kontrol. Tengok saja negara yang punya jutaan dollar pendapatan tiap tahunnya dari para jemaat haji, sudah mulai menyerahkan kebebasan wanita untuk bersuara di ranah publik. Hidup memang ga melulu soal dominasi dan terdominasi. Perlu adanya ke harmonian dan sedkit kompromi agar konflik kecil bisa di redam. Sayangnya tak se sederhana ini, penipuan kebudayaan yang sudah mengakar dan bisa di bilang kriminalitas yang terbalut sorban putih dengan ancaman dosa dan neraka.
    Sama halnya dengan geliat dinamika kehidupan di timur tengah yang lagi porak poranda di hajar perang saudara. Tidakkah kalian lupa akan sejarah masa lalu tentang perang saudara. Gw rasa kadar move on mereka terlalu besar. Sejarah emang gampang buat di lupain. Seperti angin lalu yang hanya berhembus sekali tanpa menimbulkan efek apa-apa kecuali efek sejuk dan meneduhkan hati. Karena hati kadang butuh angin biar nga masuk angin. Kembali ke sejarah banyak peristiwa yang sengaja di sembunyikan dari publik, soal kebenaran cerita yang terjadi. Menutup rapat di masukan di dalam toples kaca tutupnya di las dan di simpan di brankas dengan kode yang sengaja di acak bahkan sampai yang mengacak lupa akan kodenya. Sejarah adalah sebuah diksi pemilhan kata, akan penjelasan peristiwa masa lalu yang sebagian orang ingin mengingatkan dan sebagian lagi enggan.
    Semua akan kembali dengan membawa konklusi pemecahan masalah. Hidup memang tidak akan pernah ada perdamaian. Di selimuti bayang-bayang konflik laten maupun manifest. Dalam sebuah hubungan memang demikian. Suara konflik dari dalam diri masing-masing yang tak pernah tersuarakan atau mungkin secara frontal keluar tapi dengan segera dapat di redam. Konflik emang ga melulu harus mencapai kesepakatan untuk genjatan senjata. Biarkan saja itu mengalir hanya soal waktu dan alam yang bisa menjawabnya.
    Ketika SD dulu ketika ada tayangan-tayangan dari tv nasional. Pemberitaan konflik agama, konflik suku dan konflik yang merenggut nyawa yang lainnya. Lucu sekali orang dewasa, mereka mengajarkan gimana memaknai perbedaan tetapi mereka mengingkarinya sendiri. Kecil maupun dewasa memang sedikit sekali batasannya, orang dewasa hanya malu saja untuk bermain-main seperti anak keci. Mereka kemudian bermain senjata api, granat dan kadang wanita di permainkan. Yang perempuan juga demikian mereka senang menipu, bergunjing dan menjadi aset pencucian uang. Benar-benar tugas perempuan yang mulia.
    Sekali lagi kenangan dan bayang-bayangnya tak ubahnya menjadi bayang-bayang dalam kehidupan sadar atau nga itu semua lazim dan menjadikan kita semua takzim tanpa bisa berbuat apa-apa kecuali mengenang. Mencoba melupakan sekuat hayat di kandung badan, gw rasa bakal sia-sia bahkan malah menimbulkan konflik batin yang bisa berujung kepada ketidak normalan mental. Merevolusi diri menjadi yang baru malah menambah kegaduhan. Kenapa kita harus berubah ketika datang sebuah permasalahan, bukankah fungsi pikiran adalah untuk memecahkan semua itu. Tapi nga serta merta konflik harus ada pangkalnya, penyelesainya dan sebagainya. Nga-nga sama sekali demikian. Mencobalah untuk berdamai dengan masa lalu, itu buat gw sendiri dan orang lain mungkin. Semakin lo mencoba keras untuk melupakan pikiran lo malah tambah keracunan kenangan. Berdamai adalah jalan baru bagaimana pikiran menjadi lebih tenang. Teringat akan masa lalu adalah sebuah memoar, seperti timeline di facebook kalo gw rasa, lo akan senyum-senyum sendiri dengan masa lalu lo, berfikiran sebodoh dan se alay apa lo dulu sampai kek gitu. Dan yang pasti kadang kita juga harus bisa menertawakan masalah itu sendiri-kekeyangangaramdapur. 


    source: go-grafix.com

  • You might also like

    6 comments:

    1. ini aku yang bacanya kelewatan atau memang gak ada kata melati bulan bintang?
      fix, gagal paham dengan judulnya hehe :p

      ReplyDelete
    2. Melati bulan bintang ni simbol dari apa yang lo tulis ya?

      ReplyDelete
    3. semakin abot le. bantu daku untuk memahami :') haha

      ReplyDelete