• Bidak yang Berjalan

    Pikiran. di berikan atau di dapatkan begitu saja secara tidak sengaja oleh manusia. Asumtif mencari pembenaran dengan berfikir dan celakanya waktu berfikir itu tidak sebentar. Manusia lapar haus dan nafsu birahi sesegera mungkin mencari pemenuhan itu semua. kecuali yang ketiga mau sama siapa kan lo sendirian terlempar haha. lagi-lagi konsep mencari asal muasal menjadi runyam karena menuntut jawaban yang signifikan. "Cogito ergo sum" aku berfikir maka aku ada. pikiran kita dari mana si?. Sejak terlahir benarkah kita langsung bisa mikir, menangis karena udara di luar rahim begitu panas, yang secara naluriah kulit memberi kode dan otak merespon. Butuh waktu setidaknya untuk sempurna mengeklaim kalo manusia bisa berfikir. Sempurna nga juga si. banyak indikator yang nga jelas mengenai ketidak sempurnaan. Kenapa gw malah jadi pusing nulisnya. 

    Orang-orang di CERN, sejauh ini masih mencari jawaban dari mana asal muasal kehidupan, lewat pendekatan science media menamainya dengan pencarian partikel Tuhan. Lewat pendekatan ilmiah dan scientist manusia bisa lebih percaya karena ada tolak ukur yang jelas dengan dukungan hitung-hitungan matematis yang masuk akal, tetapi masuk akal kadang juga masih bisa kelewatan dari akal itu sendiri. Kalo katanya manusia itu tidak akan pernah merasa puas, yaps gw rasa tanpa mikir panjang gw sepaham.
    bidak catur// source :kaskus.co.id

    Membayangkan gimana rasanya dunia kalo di kuasai oleh orang-orang yang suka mikir lama ini, bukan gw ga suka sama orang yang mikir lama cuma rada nge cak in aja. Pikiran yang di bangun lewat kursi dan angan-agan mereka sesaat di gunakan dan sesaat kmudian di bunuh oleh muridnya sendiri kadang-kadang. Coba kalo mereka yang mendominasi, pikiran-pikiran yang cuma di angan-angan kadang susah buat di terapkan, mecoba cocok logi dan sebagainya. Seengaknya gw udah seikit menanam keraguan lewat tulisan ini. Keomong kosongan yang menurut gw terus di pelihara menjadi tradisi. Bukannya gw memulai untuk tidak berfikir lagi, hidup melulu kalo mikir tanpa punya resolusi bahkan ga sama sekali memunculkan bentuk fisik karya yang bisa di nikmati bukan malah sebaliknya. Pemikir lama secara seruntulan punya banyak kitab suci, masterpiece pemikiran mereka terjilid rapi di perpustakaan kuno orang-orang Eropa, Asia dan sekitarnya. 

    Manusia dan gw beruntung jadi manusia, secara historis terurai kalo peradaban manusia mengalami kemajuan, bukan kemajuan tetapi siklus , debat orang pemikiran lama. iya tau dah terserah. Zaman batu manusia harus menggunakan batu untuk bertahan hidup berburu, belom ada AK-47 atau senapan serbu lain waktu itu, barang stainless juga belom ada, apalagi batu ginjal kayaknya juga belom. Zaman logam manusia make logam. Ada indikasi kan manusia butuh apa untuk terus bertahan hidup, yaps alat bantu kerennya gw bilang teknologi. Teknologi diciptakan manusia dari pemikiran mereka, berfikir dan mencipatakan bukan melulu di gagas di angan-angan. Apa bisa makan waktu itu manusia kalo mereka ga sama sekali menciptakan sesuatu, mau makanan terlempar begitu saja, lo kira jaman doraemon. 

    Teknologi yang tercipta gw rasa semuanya berasal dari trial dan eror yang terus mengalami upgrading. Ketidak sengajaan kadang juga bisa menciptakan suatu karya yang bisa dinikmati orang banyak. Teknologi menjadi Tuhan baru bagi manusia, tak pernah bisa lepas dan kadang pikiran manusia ga bisa berkembang kalo menimati teknologi yang mereka ciptakan kembali. Sayangnya teknologi menjai sebuha industri, ya mau gimana lagi kalo mau dinikmati semua manusia di penjuru bumi harus ada yang mengkapitalisasikannya. Teknologi memang ga serta merta dalam bentuk fisik yang nyata pikiran-pikiran yang bisa membuka pemikiran baru yang mengantikan pemikiran konservatif. Lah kenapa gw jadi ngedukung pemikir lama lagi dah. Ilmu di dunia itu nga tunggal jadi buat mencapai kemaslahatan bersama-bahasapolitis saling melengkapi lah, karena ilmu itu nga jomblo.

    Tangan di gerakkan oleh otak begitu juga organ tubuh yang ain, meskipun itu gerakan reflek sekalipun. gw ngerasa kalo analogi papan catur sedikit mengambarkan gimana ternyata gw hidup kek bidak yang berjalan. Punya tujuan tapi ada masterpiece yang menjalankan, entah itu alam atau yang maha kuasa, gw yakin ada kekuatan yang lebih besar dari alam pikiran manusia itu sendiri. Berjalan dan di takdrikan -ah teologis banget. Kebuntuan pemikiran bisa membuat orang menjadi sedikit diatas normal. Dan ketika kembali berdamai dengan pikiran (sholat) entah kesambet apa pikiran jadi lebih segar lo coba deh atheis. Mencari definisi baru, mendefiniskan bentuk lain nga bakal ada ujungnya. Terlempar apalagi. Omong kosong untuk menjelaskan tapi malah semakin ketidak jelasan yang nampak. Gw jadi inget dedengkotnya mazhab Frankfurt. semakin lo mencari ke rasionalan maka ke irasionalan yang akan di dapatkan. Identitas lo hilang. Kalo pengen buat movement menata ulang sistem-sistem yang korup penuh dengan hutang keuangan yang di rekayasa. Gaet konsentrasi ilmu lain. Emang padi bisa di tanam dengan filsafat, nerbangin pesawat bisa dengan Psikologi doang. Gabungkan dua unsur ilmu yang udah di label oleh manusia. Yaps bidak yang berjalan. Hidup kek di permainkan, tapi semakin mempertanyakan malah semakin tidak irasional. Kadang nga semua pertanyaan dan keingin tahuan harus ada jawabanya, karena semakin maksa menemukan jawaban jadinya tafsir-tafsiran nga jelas.
  • You might also like

    1 comment:

    1. Apalah kaka bahasanya keren banget ini. Bidak sama gak dengan budek >

      ReplyDelete