• The Albatraoz

    Mata merah padam menjadi pertanda kemurkaan segera memudar. Sudah berapa lama amarah ini tertanam. Setidaknya sejak kejadian itu, terpupuk dengan baik bersama waktu yang menambah api dendam menjadi semakin berkobar. Tiada yang bisa menghentikan. Hanya diri sendiri yang tau. Kapan itu keluar dan bersingungan dengan yang lain. Tidak masih bisa dalam kendali pikiran ,setidaknya memuncaklah pada yang benar. Tak terhitung lagi sudah berapa cangkir kopi yang bisa menambal sedikit api agar tidak keluar tanpa kendali. Berbatang-batang rokok yang terbakar hanya untuk satu tujuan. kejernihan pikiran.

    Kadang sekelebat pikiran setan bergelayut di dalam pikiran. Memberi pencerahan, jalan keluar bersama syarat-syarat kesetananya. Bukan itu hanya tipu daya mereka menawarkan ketidak rasionalan. Kekuatan pikiran adalah kuncinya. Menjadi yang nomer satu sampe tak seorangpun berani menyebut namaku. 


    Sendiri adalah adalah satu-satunya cara untuk melindungi diriku sendiri. Mengasingkan diri dari dunia luar adalah jalan, jalan dimana menuju ketenangan. 


    Kopi adalah sebuah ketenangan, lewat seduhan air dan  biji kopi. Tercipta aroma yang menenangkan pikiran. Tak lama memang, tapi itu adalah aroma kendali untuk tetap bejibaku dengan kenyataan.


    Ragaku masih utuh, Lengkap tanpa kurang sekalipun. Semuanya terlihat sehat menjalankan fungsinya. Ada sesuatu yang sesak. Bukan karena aku punya riwayat asma. Tidak ada sesuatu yang aneh.



    Berjalan ke ruang waktu beberapa bulan yang lalu. Pikiranku masih normal. Tak kurang rutinitasku ku kerjakan dengan hampir sempurna. Lembaran kertas ber stempel menjadi saksi bagaimana tangkasnya mata dan tanganku memindai dan menandai itu semua. Tapi itu tidak lama. Benar waktu melesat seperti anak panah lepas dari busur menancap tepat di tengah sasaran.



    Semua seperti biasanya, berjalan normal seperti takaran normal pada umumnya. Potongan-potongan biji kopi yang telah lembut seperti serbuk. Ku campurkan bersama sepucuk sendok gula. Air panas menjadi penutup potongan-potongan yang kusebut ritual pagi. Ya meja ini menjadi altar pemujaanku terhadap pagi. Karena semua keindahan dalam suatu hari hanya pagi yang paling indah. Selalu ada harapan dalam setiap pagi. Harapan-harapan untuk terus hidup dan bertahan selama mungkin untuk bernafas di atas lapisan yang kusebut tanah ini. 

    Duniaku begitu sempit. Karena kesendirian adalah satu-satunya cara untuk melindungiku. Semakin aku keluar dari kesendirianku, aku akan merasa tidak aman. Diam adalah hal kedua yang aku sukai. Lewat diam, aku bisa berfikir, menganalisa dan tanpa seorang pun tau aku mencoba memcahkan permasalahan yang kadang orang menyerah, ku lakukan sendirian. Dengan bantuan pikiran. 


    Sekarang aku terdiam.......... tobe continued.











    aku bukanlah aku yang sebenarnya dunia ini lain..



  • You might also like

    2 comments:

    1. Keren bed dah, lanjutkan kelanjutannya. Memang kesendirian kalo dihayati jadi bermakna. Haha

      ReplyDelete